JellyPages.com

JUmlaH PeLawAt

sahabat^^,

Rabu, 28 November 2012

demi Cinta Allah yang ku kejar....



            Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.
          Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu,membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin.

            Begitu hebatnya kuasa cinta…sungguh dahsyat!
       Cinta adalah satu kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Apatah lagi dalam kalangan remaja, kerana sudah menjadi anggapan umum bahawa cinta sering dihiasi dengan ungkapan rasa sepasang sejoli yang dimabukkan asmara.
       Ada yang mengatakan cinta itu suci,
        cinta itu agung,
       cinta itu indah dan keindahannya tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, hanya mampu dirasai.

        Bahkan ada yang menggambarkan keindahan cinta, setan pun berubah menjadi bidadari. Yang jelas kerana cinta, banyak orang yang merasa bahagia namun sebaliknya kerana cinta banyak pula orang yang dibuat tersiksa dan merana.
       Cinta dapat membuat seseorang menjadi sangat mulia, dan cinta pula yang menjadikan seseorang menjadi sangat tercela.

SABAR DAHULU…sahabatku…

       Ayuhlah kita terlebih dahulu menghayati pandangan islam tentang CINTA!
        Pertamanya, perlulah kita ketahui bahawa Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh subur di hati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullan menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.
“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahwa ia mencintainya.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzy).

       Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai, bahkan dianjurkan agar mendapat keutamaan-keutamaan. Islam tidak membelenggu cinta, karena itu Islam menyediakan penyaluran untuk itu (contohnya pernikahan) dimana sepasang suami isteri diberikan kebebasan untuk bercinta. Ana ulangi kembali SUAMI ISTERI. SUAMI ISTERI.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang,…”(Ar-Ruum: 21)

       Ayat di atas merupakan jaminan bahwa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan dalam hati pasangan yang bersatu karena Allah (setelah bernikah). Jadi tak perlu menunggu “jatuh cinta dulu” baru berani untuk menikah, atau pacaran dulu baru menikah sehingga yang menyatukan adalah si syaitan durjana (na’udzubillahi min zalik). Jadi Islam jelas memberikan batasan-batasan, sehingga nantinya tidak timbul fenomena kerosakan pergaulan di masyarakat.
      
       TETAPI yang menjadi kelaziman muda-mudi ini sekarang berbeza dari fitrah yang Allah jadikan! Bertentangan dengan kehendak syarak. Islam telah hadir untuk mengangkat taraf manusia dari yang hina di zaman jahiliah kepada peringkat kemuliaan yang melebihi para makhlukNYA yang lain. Namun, masih…masih lagi ingin meletakkan diri ke arah kehinaan. Kenapa begitu ya?

       Bercinta, berpegangan tangan, berpeluk-pelukan, bermanja-manjaan, berdua-duan dan apa-apa ber lah…kenapa?kenapa?dan kenapa?

Di manakah kewarasan hati dan timbangan iman? Lupakah kamu tentang azab Allah yang AMAT PEDIH itu? Atau pun kamu semua sememangnya cukup kebal untuk berada di neraka Allah?
       Almaklumlah, sumpah janji setia telah terpatri “ lautan api sanggup kurenangi..” (usahkan lautan api, lautan biasa pun tenggelam timbul..ada hati…)
Ingatlah sahabat ikhwan dan akhawat…
       Menurut pandangan Syaikh Ibnul Qayyim, seorang ulama di abad ke-7, ada enam peringkat cinta (maratibul-mahabah), iaitu:
Peringkat ke-1 dan yang paling tinggi/paling agung adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata-mata.

“Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Rabbul ‘alamiin.”

“Dan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (S.2: 165)

Jadi ungkapan-ungkapan seperti: “Kau selalu di hatiku, bersemi di dalam qalbu” atau “Kusebutkan namamu di setiap dengupan jantungku,” “Cintaku hanya untukmu,” adalah selayak-layaknnya ditujukan kepada Allah. Kerana Dialah yang memberikan kita segala nikmat/kebaikan sejak kita dilahirkan, bahkan sejak dalam rahim ibu… Jangan terbalik, baru dikasih secuil cinta dan kenikmatan sama si ‘dia’ kita sudah mau menyerahkan jiwa raga kepadanya yang merupakan hak Allah. Lupa kepada Pemberi Nikmat, “Maka nikmat apa saja yang ada pada kalian, maka itu semua dari Allah (S. 2: 165).

Justeru itu, ayuhla kita! Ayuhlah kita!

Saling mencintai karena Allah agar mampu mendapatkan kecintaan Allah. Dalam hadits Qudsi Allah berfirman:
“Cinta-Ku harus Ku-berikan kepada orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, Cinta-Ku harus Ku-berikan kepada orang-orang yang saling berkorban karena-Ku, dan Cinta-Ku harus Ku-berikan kepada orang-orang yang menyambung hubungan karena-Ku.”

    
     Akhirulkalam, Hiduplah di bawah naungan cinta dan saling mencintailah karena keagungan-Nya, niscaya akan mendapatkan naungan Allah, yang pada hari itu tidak ada naungan selain naungan-Nya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:
“Pada hari kiamat Allah berfirman: ‘Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, Aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (HR. Muslim).

       Jadilah kita pasangan yang telah bersatu karena Allah, saling mencintai kerana Allah, bahkan telah bercinta kerana Allah, namun mereka juga rela berpisah kerana Allah. Cinta kepada Allah di atas segalanya. Bagaimana halnya dengan pasangan yang terlanjur jatuh cinta, atau yang ‘berpacaran’ atau sudah bercinta sebelum menikah? Hanya ada dua jalan; bersegeralah menikah atau berpisah kerana Allah, nescaya akan terasa lazat dan manisnya iman. Dan janganlah mencintai ‘si dia’ lebih dari pada cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

“Ya Allah, kurniakanlah kepada kami Cinta terhadap-Mu dan Cinta kepada mereka yang mencintai-Mu, dan apa saja yang mendekatkan kami kepada Cinta-Mu, dan jadikanlah Cinta-Mu itu lebih berharga bagi kami daripada air yang sejuk bagi orang yang dahaga.”

“salam ukhuwwah, sekencang dakwah”
Dariku…permatabiru

1 ulasan: